Apa saya harus menikah?
Jawabannya iya.
Alasan singkatnya adalah karena kamu sebagai manusia cenderung merasakan kesendirian.
Apalagi 'manusia makhluk sosial' adalah istilah yang lumrah.
Faktanya, 'rasa kesendirian' dapat membunuhmu perlahan-lahan seperti rokok/vape.
Maka dari itu, cara terbaik untuk tetap bisa bersosial dan menghindari kesendirian adalah dengan menikahi seorang yang disuka.
Selain itu, manusiawi jika memiliki nafsu yang harus dilepaskan.
Dan cara terbaik untuk melampiaskan nafsu itu bisa dimulai dengan menikahi orang yang disuka.
Tapi kenapa harus dengan menikah?
Karena nilai moral sosial.
Apa pun negara atau kastanya, masyarakat akan lebih menghargai dan menghormati hubungan yang sah di atas hukum pernikahan daripada hubungan pacaran.
Berhubungan intim, serumah berdua atau memiliki anak akan lebih terhormat jika di atas pernikahan yang sah.
Dan hal tersebut juga sudah lebih dulu dianjurkan oleh agama.
Sementara gonta-ganti pasangan di luar pernikahan malah hanya memperparah rasa kesendirian.
Bagaimana dengan tokoh agama yang tidak menikah?
Beberapa ulama besar seperti Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Yahya bin Syarof An-Nawawi, dan Ibnu Taimiyyah (semoga Allah merahmati mereka semua) memang tidak tercatat sejarah kalau pernah menikah.
Namun situasi dan zaman mereka kala itu bisa mendukung sebab mengapa mereka tidak menikah.
Selain itu, mereka bisa dibilang memiliki alasan kuat untuk tidak menikah.
Menulis karya-karya besar mereka yang mendukung dakwah tauhid dan menjaga riwayat-riwayat hadits bisa jadi udzur dari mengapa mereka tidak menikah.
Sementara kita punya alasan apa untuk tidak menikah? Situasi negara yang aman dan di zaman ini sepertinya susah untuk jadi alasan tidak menikah.
Dalam Islam, pernikahan hukumnya memang tidak sampai ke wajib, tapi kemampuan fisik dan harta yang cukup harusnya tidak mencegah seorang untuk menikah.
Jika terdapat pasangan yang bisa menikah di penjara, maka apa yang menghalangi pasangan yang tidak dihalang jeruji besi untuk menikah?
Bagaimana dengan biaya pernikahan yang mahal?
Lihat dimana kasta kita dulu, lihat kondisi ekonomi kita.
Pernikahan yang mewah mungkin hal yang lumrah untuk golongan orang yang memang berduit, seperti keluarga pengusaha besar atau keluarga anggota dewan pemerintahan.
Tapi jika kita memang tidak berduit, lalu memaksa diri untuk membuat resepsi pernikahan yang mewah... Sampai-sampai harus berhutang banyak... Sampai-sampai harus memasang kotak amplop supaya modal pesta pernikahan bisa kembali... Maka sepertinya ada yang salah.
Komunikasikan baik-baik dengan keluarga tentang konsep pernikahan yang tidak perlu boros.
Jangan sampai momen sekali seumur hidup malah memicu tragedi ekonomi rumah tangga bertahun-tahun.
Ada pasangan pernikahan yang menertawai amplop yang hanya berisi selembar Rp2000. Tidak ada yang tahu apakah tamu yang memberi itu tujuannya bercanda, atau apakah Rp2000 tersebut sudah susah payah mereka dapatkan demi bisa menghormati undangan pasangan pengantin.
Budaya 'berharap timbal balik' dengan memasang kotak amplop bisa jadi salah satu pemicu stigma 'pernikahan itu mahal'.
Namun calon pasutri yang ingin kebaikan masa depan antar sesama dan keluarga, mereka mungkin tidak akan berinvestasi berlebihan pada satu momen tersebut.
Melainkan malah cenderung mencari keberkahan lewat mengaplikasikan pesan agama, yaitu "Sebaik-baik pernikahan adalah (pernikahan) yang paling mudah."
Ada pasangan yang bersedia menikah dengan mahar kecil dan resepsi sederhana, mereka sengaja memilih menjaga tabungan mereka untuk kehidupan setelah acara pernikahan.
Dan hal tersebut memang benar terjadi di kondisi negara yang tidak sedang pandemi.
unsplash.com/Ian Schneider |
Untuk apa menikah jika nantinya cerai?
Pertanyaan itu adalah sebab pentingnya memilih orang yang tepat.
Orang yang yakin fisiknya tidak akan mendukungnya menang lomba maka tidak akan daftar lomba, orang yang yakin nanti akan cerai tentu tidak akan mau nikah.
Maka dari itu, penting untuk melakukan persiapan di awal.
Persiapan memantaskan diri secara mental, agama, akhlak dan ekonomi sebelum layak memilih orang yang tepat.
Selain memilih orang dengan fisik dan karir yang membuat hatimu ikhlas, kamu juga harus paham kalau orang yang akan kamu nikahi itu manusia biasa.
Dia tidak sempurna.
Maka dari itu, kamu perlu siap untuk support dia, siap untuk tidak suka membanding-bandingkan dia dengan orang lain, siap merawat saat dia sakit parah, siap menunggu saat dia koma, siap menunggu saat dia sedang solat, siap menyisihkan harta untuk membelikannya hadiah, siap mengingatkan kalau dia salah, serta siap untuk berani meminta maaf saat kamu salah, dan siap memaafkan kesalahannya.
Komunikasi selalu menjadi kunci kelanggengan hubungan pernikahan. Khususnya komunikasi sebelum tidur.
Tanpa komunikasi yang baik, maka hubungan sosial dalam rumah tangga terancam dan akhirnya bertemu kesendirian lagi.
Tapi perlu diingat juga kalau tidak boleh ada paksaan dalam pernikahan.
Seseorang yang memang belum siap menikah tidak berhak dipaksa menikah.
Dan menolak lamaran pernikahan dari orang yang tidak disuka bukanlah suatu kejahatan.
~tulisan ini dapat saya revisi/hapus
Komentar
Posting Komentar