Apa kecerdasan buatan harus ikut lomba seni lukis?
Rencana untuk buat 2 tulisan per bulan sepertinya kandas sudah deh 😅
Sudah Oktober, hp saya sudah tidak bisa update whatsapp, banyak chat yang tidak sempat dikirim yang harusnya dikirim malam ini, ada kuliah yang kelewat, banyak chat berharga yang tidak akan sempat kesimpan juga waktu pindah hp nanti 😪
Jadi, untuk sedikit menenangkan diri, saya coba buat tulisan baru yang merupakan adaptasi dari tugas mata kuliah metode penelitian beberapa minggu yang lalu.
Artificial Intelligence atau A.I menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein adalah "Kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut dan menggunakan pembelajaran tersebut untuk mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel."
Beberapa contoh bentuk A.I yang kita jumpai di keseharian kita, yaitu: filter instagram, fitur pusat layanan bantuan pada situs e-commerse, asisten virtual seperti Siri pada iPhone, bahkan fitur auto-correct.
Namun semakin A.I berkembang, semakin banyak kegiatan manual manusia yang dapat didukungnya. Termasuk mendukung kita untuk dapat berkarya di bidang seni lukis.
Bagaimana cara A.I membuat sebuat lukisan?
Terdapat beberapa situs di internet yang menyediakan jasa melukis via A.I. User hanya mengetik beberapa subjek tentang lukisannya, lalu A.I akan mengubah subjek-subjek tersebut menjadi sebuah mahakarya.
It's a text-to-art magic!
Di sini, kita dapat melihat peran A.I yang mampu membantu orang-orang yang tidak berbakat melukis menjadi mampu menghasilkan mahakarya yang selevel atau bahkan melampaui karya para pelukis legendaris! 😱
Tapi... apakah itu merupakan dampak positif? Atau apakah itu termasuk dampak negatif?
Beberapa waktu yang lalu, seseorang yang memakai bantuan A.I dari situs midjourney.com berhasil memenangkan juara 1 lomba seni lukis.
Lukisan yang bertema opera di teater luar angkasa tersebut memang tampak mengagumkan. Setiap orang mungkin betah menatapnya, tenggelam dalam fantasi mereka masing-masing setiap melihatnya. Bahkan mungkin berharap ada sineas yang mengadaptasi lukisan tersebut menjadi film. So, menurut pribadi, betul lukisan itu memang layak menang. Tapi... tidak seharusnya menang di lomba lukis dimana para peserta yang lain tidak memanfaatkan A.I 👋
Seorang atlet yang kedua kakinya digerakkan mesin tidaklah layak untuk lomba melawan atlet yang kakinya hanya daging dan tulang.
A.I yang dirancang untuk bermain baduk tidaklah layak mewakili negara perancangnya untuk mengikuti olimpiade baduk melawan jari jemari para pemain baduk dari negara lain.
Jadi, menurut saya setiap perlombaan mungkin harus lebih ketat dalam membuat syarat peserta lombanya. Persyaratan peserta lomba yang baik akan lebih menghasilkan kekalahan dan kemenangan yang ternilai adil.
Bahkan, seseorang yang melukis apel dengan kuas dan cat pada kanvasnya tidak adil jika harus lomba melawan seseorang yang melukis apel dengan coreldraw pada layar sentuhnya. Siapa pun pemenangnya 🍎
~tulisan ini dapat saya revisi/hapus
Komentar
Posting Komentar