Apa muslim harus ikut ke luar angkasa?


              

Untuk apakah manusia memiliki kemampuan ke luar angkasa? Tentu saja manusia mampu.

Meski teknologi di tahun ini belum terlalu mendukung keamanan penjelajahan manusia ke luar angkasa. Tapi, ya, ras manusia memiliki potensi untuk menjelajahi luar angkasa menjadi ras multiplanet.

Tapi bagi penganut agama islam, apakah seorang muslim harus ikut ke luar angkasa jika kesempatannya akan mudah untuk didapatkan?


Jawabannya: TIDAK PERLU


Mengapa?


~1~

Karena ibadah kaum muslimin, khususnya ibadah yang wajib amat sangat membutuhkan posisi fisik seorang muslim di atas planet Bumi. Bagaimana cara seorang muslim menentukan kapan waktunya solat 5 waktu atau kapan harus puasa ramadhan jika posisinya sedang mengambang antar bintang?

Bagaimana jika posisinya sedang berada di atas planet lain di bawah rasi bintang yang baru yang di planet tersebut tentunya tidak memiliki kiblat (ka'bah)?

Meski pun ras manusia berhasil memasuki skala Kardashev kedua, seorang muslim tentunya akan lebih memilih tetap tinggal di Bumi dibanding dengan meninggalkan Bumi yang mana itu berpotensi besar membuatnya kesulitan beribadah.


~2~

Tidak semua profesi diperuntukkan atau aman untuk diemban oleh seorang muslim, meski pun itu memang dampaknya sangat besar bagi kemanusiaan. Salah satu contohnya adalah menjadi astronot. 

Tapi, bukan berarti muslim tidak memiliki andil sama sekali di ilmu astronomi. Bisa kita lihat buktinya dari beberapa nama bintang yang berasal dari istilah Arab. Dan bukan juga berarti muslim tidak boleh sama sekali memiliki karir di ranah teknologi antariksa.

Muslim masih bisa berkembang dan berprestasi di bidang astronomi atau astrofisika tanpa harus menjadi astronot.

Misalnya saja: menjadi perakit atau mekanik atau ahli komputer dari proyek perakitan satelit terbaru atau proyek robot penjelajah atau roket kargo yang bisa mengangkut mineral atau batu mulia dari planet lain. 

Melacak dan menghitung estimasi ancaman komet atau asteroid yang akan jatuh ke Bumi juga bisa termasuk pekerjaan mulia bagi kemanusiaan meski prakteknya hanya dari atas Bumi.

Atau menjadi seorang astrofisikawan yang bisa sebesar Einstein atau Carl Sagan.


Meski tidak keluar Bumi, dari bawah milyaran bintang pun seorang muslim harus mampu bersyukur.

Bukan hanya bersyukur dari dapat menyaksikan bukti kebesaran Allah, tapi juga menyadari dan mensyukuri nikmat aman dari segala mara bahaya yang bisa jatuh dari langit kapan saja.

Muslim meyakini bahwa Allah tidaklah menciptakan segala yang ada di langit dan di Bumi itu dengan percuma.


Dari melihat ke langit...

Muslim mengagumi betapa indahnya ciptaan Allah.

Menyadari betapa kecil dan tak berdayanya manusia. Menyadari betapa manusia tidak memiliki apa-apa.


Dan semoga itu juga bisa memicu kondisi hati yang selamat dari segala bentuk kesombongan, yang lebih ikhlas saat mengucap dalam solatnya, "Allahu akbar..."


~tulisan ini dapat saya revisi/hapus



Komentar

Postingan Populer